Jumat, 09 Desember 2011

CARA GANTI NAMA FACEBOOK SEPUASNYA

GB:HALAMAN PENGAMANAN FB
Bila kamu sudah tidak bisa ganti nama facebook kamu mungkin karena kamu keseringan gonta ganti nama akun kamu, tapi disini aku bakal kasih tau bagaimana caranya mengganti nama facebook kamu yang udah terblokir

berikut langkah langkahnya


1.klik saja
` Link ini. Nanti anda akan dibawa ke halaman "Pengamanan Facebook"

2. Klik "Amankan Akun

3Anda akan disodori  4 Langkah Pengamanan, Klik Saja "Lanjutkan"

4.Pada Langkah 1, nanti anda diminta mengganti Kata Sandi Facebook anda JANGAN
    ISI  DENGAN SANDI YANG LAMA, Isi Saja Sesuai keinginan anda.Kalo sudah di
    isi semua, Klik "Ganti Kata Sandi"


5.Masuk Langkah 2, Pada langkah ini, nanti anda diminta mengganti Kata sandi email
    anda, kalo yang ini terserah anda mau diganti ataupun  tidak  SUKA SUKA ANDA.
   Yang terpenting kalo sudah, Langsung Saja "Centang Semua" alamat email Pada
    Konfirmasi Pergantian. Klik "Lanjutkan"

6.Masuk Langkah 3, Berisi Informasi tentang akun anda, Langsung Saja klik "Lanjutkan", Selanjutnya INILAH TRIK GANTI NAMANya, Klik saja (ganti) di belakang Nama Sekarang anda, Silahkan isi semau SESUKA HATI ANDA

Sekedar Info: jangan menggunakan Font-font yang aneh ataupun mengambil kata-kata dari maupun yang mengandung Facebook. Kalo sudah, Klik "Simpan dan Lanjutkan" kalo gagal, di ulangi lagi, coba gunakan huruf kecil semua.

Langkah Terakhir atau langkah keempat, Klik  saja "Masuk"
Finally>>>>>>>>Nama Success Changed<<<<<<<<

Kamis, 01 Desember 2011

ABOUT JUPITER

BINTIK MERAH RAKSASA JUPITER


DI JUPITER baru baru ini terdapat bintik merah raksasa .
Bintik merah raksasa Yupiter adalah sebuah badai putar dua kali ukuran Bumi. Ia telah berkecamuk setidaknya sejak 300 tahun lalu, semenjak teleskop mengamati Yupiter dan tidak menunjukkan tanda melambat. Bintik merah raksasa Yupiter adalah sistem badai putar terbesar di tata surya.Seperti sebagian besar fenomena astronomi, bintik merah raksasa tidak terprediksi dan tidak dipahami dengan baik ketika ia ditemukan. Bahkan sampai sekarang, detail tentang bagaimana dan mengapai bintik merah raksasa berubah bentuk, ukuran dan warna masih misteri.  Pemahaman yang lebih baik pada cuaca Yupiter dapat membantu pemahaman yang lebih baik pada cuaca yang ada di Bumi.
Selain Bintik merah raksasa, juga ada dua sistem badai baru yang tumbuh dengan warna kemerahan yang sama, diberi nama bintik merah junior dan bintik merah bayi. Bintik merah junior ditemukan terbentuk pertama kali tahun 2006, sementara bintik yang lebih kecil baru ditemukan  tahun 2008. Bintik merah junior bergerak horizontal dari kiri ke kanan melintasi bintik merah raksasa, dibawahnya, lalu menarik bintik merah bayi dari bintik merah besar. Seiring waktu, Bintik merah bayi kembali tertarik ke arah bintik merah raksasa dan warnanya semakin pucat. Diduga bintik merah bayi pada akhirnya kembali ditelan oleh bintik merah raksasa. Ukuran kedua bintik kecil ini kurang dari ukuran diameter Bumi.

Awal tahun 2007, pesawat New Horizon arah Pluto, mengambil citra Yupiter. Selain terkenal dengan bintik merah besarnya, yupiter juga terkenal dengan pita awal khatulistiwanya yang beraturan, terlihat bahkan lewat teleskop biasa. Yupiter mungkin memiliki keanekaragaman pola awan terbanyak di tata surya. Bahkan bagian yang terlihat terang, ternyata menunjukkan struktur mengagumkan dengan pola gelombang yang kompleks. Energi yang mengendalikan gelombang-gelombang ini tampaknya datang dari bawahnya.
Pita-pita gelap dan zona terang di pita awan Yupiter disusun oleh angin-angin menggelinding planet ini yang mencapai kecepatan 500 kilometer per jam. Menuju kutub Yupiter, struktur awan menjadi lebih bertumpuk dan memuntir hingga lebih mirip otak manusia! Perubahan pola awan dari khatulistiwa menuju kutub ini tidak dimengerti oleh para astronom namun diduga sebagian disebabkan oleh rotasi cepat Yupiter dan vorteks-vorteks konveksi yang muncul di lintang tinggi akibat pelepasan panas internal planet masif.

HILANGNYA SABUK JUPITER
Badan Antariksa Nasional Amerika Serikat (AS) NASA kembali dibuat pusing. Kali ini, menghilangnya sabuk utama planet Yupiter membuat mereka bertanya-tanya.

Yupiter, planet terbesar dalam sistem tata surya, memiliki beberapa sabuk melingkar. Sabuk awan, demikian ilmuwan menyebut sabuk-sabuk yang tampil lewat gradasi warna cokelat ini. Beberapa hari lalu, satu sabuk dari dua sabuk awan utama benar-benar menghilang. Dikatakan 'benar-benar' karena sabuk awan terlihat mulai mengabur sejak tahun lalu.

Kendati peristiwa ini bukan pertama kali terjadi pada Yupiter, tetap saja NASA terkejut. Mengapa? Karena sampai sekarang NASA belum juga menemukan penyebab hilangnya dua sabuk Yupiter. Sabuk Ekuator Selatan Yupiter (SEB) menghilang beberapa pekan, kemudian muncul kembali dalam waktu yang tidak bisa dipastikan. Bahkan NASA pun tidak bisa melacak atau memotret saat sabuk menghilang maupun kembali pada jajaran sabuk Yupiter.

"Sungguh misterius. Ini adalah peristiwa besar," sahut astronom yang bekerja di Laboratorium Penggerak Jet NASA Glenn Orton.

Tim Norton sebenarnya terus memantau permukaan Yupiter. Namun, entah kenapa peristiwa hilang dan kembalinya SEB selalu terlewatkan. Misalnya yang terjadi tahun lalu, saat SEB mulai menghilang. Gumpalan awan terus menipis hingga akhirnya habis sama sekali. Tidak ada sisa awan yang melingkar pada ekuator selatan Yupiter.

NASA pun gemas. "Kami tidak mengerti apa yang terjadi pada sabuk itu," papar Orton. Astronom ini cukup pusing menghadapi misteri hilangnya sabuk Yupiter. Lain halnya dengan astronom asal Australia Anthony Wesley. Dia menganggap peristiwa ini sebagai suatu kejutan. "Ya, Yupiter memang senang memberi kejutan," katanya datar.

Anggapan Wesley, sabuk awan tidak menghilang dalam arti sebenarnya. Dia yakin, SEB masih melingkar pada permukaan Yupiter. "Hanya mungkin tak terlihat karena tertutup gumpalan awan yang lebih tebal," ujarnya. Usia Wesley masih sangat muda ketika pertama kali 'diperkenalkan' dengan SEB. Semasa kecil, ayah Wesley sering mengajaknya ke loteng. Mereka meneropong bintang dari balik lensa teleskop. Dari kecil, Wesley tahu bahwa Yupiter memiliki dua sabuk utama.

"Aneh rasanya ketika tahu kini tinggal satu sabuk saja," ucapnya. SEB yang berwarna kecokelatan memiliki ukuran dua kali lebih lebar dibandingkan lebar bumi. Sabuk ini pun terlihat lebih besar daripada deretan sabuk Yupiter yang lain. Sabuk ini kerap menghilang dalam balutan kisah yang misterius. Tidak ada yang tahu waktu pastinya, pun penyebab hilangnya sabuk.

Pada rentang 1973-1975, SEB menghilang dan muncul lagi selama beberapa kali. Hampir 16 tahun sesudahnya, tidak ada laporan tentang hilangnya SEB. Laporan serupa muncul kembali pada 1989-1990. Tiga tahun kemudian, SEB kembali berulah. Sabuk ini menghilang tanpa pamit. Beberapa pekan kemudian, SEB terlihat lagi pada permukaan Yupiter.

Belasan tahun sesudahnya, SEB terus melingkar cerah pada permukaan planet kelima dalam sistem tata surya. Pada 2007, SEB hilang lagi. Menghilangnya SEB pada 2007 hanya berlangsung sebentar. Namun, kondisi ini justru mengacaukan pikiran NASA. Sebab, tahun-tahun berikutnya SEB semakin sering menghilang.


NASA TEMUKAN AIR DI JUPITER?
WASHINGTON - Adakah unsur yang bisa mendukung kehidupan di salah satu satelit planet Jupiter, Europa atau Jupiter II, yang ditemukan Galileo Galilei melalui teropongnya pada tahun 1610? Penelitian NASA terhadap Europa saat ini menunjukkan adanya kandungan air dalam bentuk zat cair setara dengan volume air di North America Great Lake, di bawah permukaan lapisan es.

Karena posisinya yang jauh dari matahari, permukaan Europa diselimuti es setebal kurang lebih 10 mil. Sebelumnya para ilmuwan tidak mempercayai ada kemungkinan zat pendukung kehidupan di satelit yang terselimuti es tersebut.

"Sebuah pendapat di komunitas ilmiah adalah jika lapisan esnya tebal, itu buruk untuk biologi. Ini mungkin berarti antara permukaan dan lautan di bawahnya tidak terjalin komunikasi," kata Britney Schmidt, pemimpin para penulis makalah ilmiah di Institute for Geophysics, University of Texas, di Austin.

"Sekarang kami memiliki bukti bahwa itu adalah lapisan es tebal yang dapat bercampur (dengan air di bawahnya) dan bukti baru untuk keberadaan danau raksasa. Hal ini dapat membuat Europa dan lautannya lebih ramah untuk dihuni," tambahnya.

Data dari NASA mengindikasikan adanya pertukaran yang signifikan antara lapisan es Europa dengan lautan di bawahnya. Seperti diwartakan melalui SpaceDaily, Kamis (17/11/2011), penemuan ini bisa menguatkan pendapat bahwa permukaan laut Europa merupakan habitat potensial untuk kehidupan lain di sistem tata surya.

Mary Voytek, director dari NASA Astrobiology Program, berpendapat, "Data tersebut membuka beberapa kemungkinan menarik."

"Apapun yang terjadi, para ilmuwan di seluruh dunia akan berharap utnuk melihat detil analisis ini dan mengkaji ulang data yang ada sebelum sama-sama menerima implikasi dari penemuan ini," tambahnya

ASTRONOM YAKIN ADA LAUT DI SATELIT EUROPE,JUPITER

Europa adalah salah satu satelit planet Jupiter yang letaknya paling dekat dengan Jupiter. Satelit ini juga menyandang predikat sebagai satelit terbesar Jupiter bersama dengan satelit lain, seperti Io, Ganymede dan Collisto. Data temuan wahana antariksa Galileo yang melakukan eksplorasi tahun 1995 - 2003, dan meneliti permukaan satelit Jupiter telah membuat para astronom yakin bahwa di Europa ada laut.

Berdasarkan citra yang diambil, astronom mendapatkan struktur aneh disebut "chaos terrain". Untuk menjelaskan terbentuknya topografi itu, astronom mempelajari bagaimana topografi yang sama terbentuk di Bumi. Astronom menemukan, topografi itu mungkin dibentuk oleh panas dari dalam Europa yang melelehkan es di dekat permukaannya, menyebabkan bagian atasnya retak atau runtuh. Analisis membuktikan bahwa lapisan es di permukaan Europa adalah setebal 10 km. Sementara, di bawahnya terdapat danau air asin yang kedalamannya sekitar 3 km. 

Tentu saja temuan ini membuat gembira para astronom, karena kondisi Europa telah memenuhi dua syarat penting untuk mendukung kehidupan, yakni air dan energi. Seperti diketahui, evolusi awal Bumi menunjukkan perlunya energi untuk mendukung kehidupan, salah satunya berupa petir. Selama 3,8 miliar tahun sesudahnya, Bumi juga masih tergantung pada energi Matahari.

Studi yang juga dipublikasikan di jurnal Nature ini semakin menambah wawasan tentang satelit planet-planet gas raksasa. Satelit Saturnus, Enceladus, diduga juga memiliki lautan. Meski memiliki air dan energi, Europa tak langsung bisa dihuni. Ada syarat kehidupan lain, seperti zat organik, yang belum tentu ada. Astronom akan menjadikannya target eksplorasi selanjutnya.

DAPATKAH SATELIT JUPITER DIHUNI MAHLUK?
Penelitian terhadap pencarian sebuah tempat kehidupan selain di bumi terus dilakukan. Kali ini NASA menyelidiki sebuah satelit Jupiter yang bernama Europa. Penelitian NASA terhadap saat ini telah menemukan sebuah kandungan air dalam bentuk zat cair setara dengan volume air di North America Great Lake, di bawah permukaan lapisan es. Para peneliti telah menemukan indikasi kandungan air tersebut melalui pengamatan menggunakan teropong buatan Galileo Galilei tahun 1610.
Para peneliti awalnya sangat ragu dengan adanya penemuan tersebut. Hal ini dikarena faktor jauhnya posisi satelit Europa tersebut dari matahari. Jaraknya sekitar 10mil. “Sebuah pendapat di komunitas ilmiah adalah jika lapisan esnya tebal, itu buruk untuk biologi. Ini mungkin berarti antara permukaan dan lautan di bawahnya tidak terjalin komunikasi,” kata Britney Schmidt, pemimpin para penulis makalah ilmiah di Institute for Geophysics, University of Texas, di Austin.
“Sekarang kami memiliki bukti bahwa itu adalah lapisan es tebal yang dapat bercampur (dengan air di bawahnya) dan bukti baru untuk keberadaan danau raksasa. Hal ini dapat membuat Europa dan lautannya lebih ramah untuk dihuni,” tambahnya. Dari pengamatan tersebut, NASA menyimpulkan adanya perubahan antara es Europa dengan lautan di bawahnya. Penemuan ini bisa menguatkan bahwa permukaan laut Europa adalah ruang lingkup yang dapat dijadikan kehidupan di tata surya ini selain bumi.
Mary Voytek, director dari NASA Astrobiology Program berpendapat, “Data tersebut membuka beberapa kemungkinan menarik.” “Apapun yang terjadi, para ilmuwan di seluruh dunia akan berharap untuk melihat detail analisis ini dan mengkaji ulang data yang ada sebelum sama-sama menerima implikasi dari penemuan ini,” tambahnya.


 
Design by Wordpress Theme | Bloggerized by Free Blogger Templates | coupon codes